Nabi Shallallahu
‘alaihi wa sallam bersabda :
إِنَّ الشَّيْطَانَ
يَجْرِي مِنِ ابْنِ آدَمَ مَجْرَى الدَّمِ
“Sesungguhnya setan
itu dapat berjalan pada tubuh anak cucu Adam melalui aliran darah.” (HR. Al-Bukhari, Kitab Al-Ahkam
no.7171 dan Muslim, Kitab As-Salam no. 2175)
Fenomena kesurupan
masih mengundang perdebatan hingga saat ini. Kalangan yang menolak, (lagi-lagi)
masih menggunakan alasan klasik yakni “tidak bisa diterima akal”. Semoga,
kajian berikut bisa membuka kesadaran kita bahwa syariat Islam sejatinya
dibangun di atas dalil, bukan penilaian pribadi atau logika orang per
orang.
Tapi kita sebagai
orang islam harus percaya akan adanya alam ghaib.
Kisah Ibnu Taimiyyah dengan orang
yang kesurupan
Dan aku pernah menyaksikan syaikh
kami (yaitu Ibnu Taimiyyah) mengutus seseorang kepada orang yang kesurupan
untuk berbicara kepada ruuh (jin) yang merasuki badannya. Orang itu berkata :
“Syaikh berkata kepadamu : ‘Keluarlah, karena perbuatan ini tidak halal
bagimu’. Llau orang yang kesurupan itu pun tersadar. Dan kadangkala, beliau
(Syaikhul-Islaam rahimahullah) berbicara sendiri (kepada jin), dan
kadangkala ruh (jin) enggan sehingga perlu dipukul untuk mengeluarkannya. Orang
yang kesurupan tadi lalu tersadar, namun ia tidak merasakan sama sekali (pukulan
yang diterimanya). Kami dan orang-orang selain kami telah menyaksikan dari
beliau tentang peristiwa tersebut beberapa kali.
Dan yang sering beliau baca di
telinga orang yang sedang kesurupan adalah firman Allahta’ala : ‘Maka
apakah kamu mengira, bahwa sesungguhnya Kami menciptakan kamu secara main-main
(saja), dan bahwa kamu tidak akan dikembalikan kepada Kami?’ (QS.
Al-Mukminuun : 115).
Dan beliau pernah menceritakan
kepadaku bahwasannya satu ketika beliau membacakannya di telinga orang yang
kesurupan, lalu ruh (jin) yang merasuk dalam tubuhnya berkata : ‘Ya’. Dan ia
(jin) memanjangkan suaranya. Syaikhul-Islam berkata : “Lalu aku ambil tongkat
dan aku pukulkan di tengkuknya hingga tanganku lelah memukulnya. Orang-orang
yang hadir memastikan bahwa orang tersebut meninggal akibat pukulan yang
diterimanya. Dan di tengah-tengah pukulan, jin (perempuan) berkata : ‘Aku
mencintainya’. Lalu aku (Syaikhul-Islam) katakan kepadanya : ‘Ia tidak
mencintaimu’. Jin berkata : ‘Aku ingin pergi haji bersamanya’. Aku katakan
kepadanya : ‘Ia tidak ingin pergi haji bersamamu’. Jin berkata : ‘Aku
meninggalkannya karena menghormatimu’. Aku berkata : ‘Tidak, akan tetapi
(engkau pergi karena) ketaatan terhadap Allah dan Rasul-Nya’. Jin berkata :
‘Aku keluar darinya”. Beliau (Syaikhul-Islaam) berkata : “Lalu orang yang
kesurupan itu duduk dengan menengok kanan dan kirinya. Ia berkata : ‘Apa yang
menyebabkan aku hadir di hadapan syaikh ?’. Orang-orang yang hadir berkata
kepadanya : ‘Bagaimana dengan semua pukulan yang menimpamu ?’. Orang itu
berkata : ‘Atas dasar apa syaikh memukulku, padahal aku tidak melakukan satu
dosa/kesalahan pun’. Ia tidak merasakan sedikitpun pukulan yang tadi
menimpanya” [Zaadul-Ma’aad, 4/60].
kesurupan juga terjadi pada pemeluk
agama lain
Maka sejak pukul 23.45 hingga memasuki hari Minggu dini
hari, saya dan para mahasiswa Katolik di sana bergumul untuk mengusir setan
dari anak itu. Ia yang kesurupan itupun berubah dari waktu ke waktu.
Kadang-kadang suaranya berubah menjadi lembut bak wanita cantik, namun kemudian
menjadi ganas. Kadang ia tertawa ngikik, kadang menantang, kadang merunduk sok
kalah. Kadangkala ia merajuk minta dikasihani. Anak itu muntah-muntah
berkali-kali. Kadang setan melepaskan anak itu, lalu masuk lagi. Ketika anak
itu dilepas, si anak mengeluh, ”Romo, saya tak kuat, badan saya dan usus serta
lambung sakit semua. Saya mau mati saja, dan takut”. Kami menguatkan agar ia
berani melawan. Ternyata si anak ini juga diberitahu oleh setan bahwa Romo akan
dibunuhnya jika anak itu tidak taat padanya. Maka si anak merasa lemah, karena
tak mau Romo diapa-apakan oleh setan.
Namun, yang paling mengejutkan ialah, walaupun setan itu
dapat keluar meninggalkan anak itu tetapi selang beberapa menit, namun kemudian
setan kembali memasuki anak itu dengan jumlah yang makin banyak. ”Kami ini
Legion”, katanya jelas sekali. Ia fasih berbahasa Inggris dan Jawa. Hal ini
terjadi ketika saya mengajak dia berdialog dalam bahasa Inggris dan Jawa,
sekedar mengetes apakah itu benar-benar setan ataukah hanya ’acting’ anak
itu. Saya tetap mengingat teks postingan bruder di milist itu,
dan makin yakin akan kebenaran isinya. Saya katakan padanya, ”Kekuatanmu hanya
seperempat. Masih ada Malaikat Agung Santo Mikael, serta Gabriel dan Rafael.”
Mendengar ini, ia mundur dan melepaskan anak itu. Tiba-tiba ia masuk lagi dan
berkata, ”You are stupid, Father”, lalu menghantam saya. Suatu saat ia
terjatuh tepat di salib, dan kontan ia menjerit kepanasan. Maka para mahasiswa
menempelkan salib-salib mereka. Ia berteriak kepanasan dan tersiksa. Begitulah,
si setan itu pergi lagi. Namun dengan cepat ia kembali lagi, dengan membawa
lebih banyak lagi setan bersamanya. Ia mau menguras kekuatan saya. ”Sampai
kapan Bapa bisa bertahan? Akan kukuras tenagamu, Bapa!”. Saya menjawab sambil
teringat Mzm 121:2, ”Kekuatanku datang dari Allah, yang menjadikan langit dan
bumi”. Kami bertempur lagi. Si setan menjerit-jerit, dan kemudian ia lari lagi…
Lalu saya mendengar berita bahwa ketiga mahasiswi lain sudah dilepaskan. Semua
setan kemudian berpindah merasuki mahasiswi yang satu ini.
KESURUPAN DALAM PERSPEKTIF
HYPNOTHERAPY
Pada dasarnya fenomena “kesurupan”
dalam ilmu hypnotherapi adalah suatu kondisi yang biasa saja. Tidak ada yang
istimewa. Yang terjadi pada diri seseorang yang kesurupan, sekali lagi ini dari
sudut pandang ilmu hypnotherapi, adalah pada saat itu sebenarnya ia sedang deep
trance dan ada satu, dua, atau lebih Ego State atau Part yang aktif dan
mengendalikan kesadarannya. Beberapa hypnotherapist sepakat bahwa kondisi itu
bisa diterangkan secara alamiah seperti yang terjadi pada proses hypnosis
maupun hypnotherapy.
Keterangannya kurang lebih begini,
kondisi hipnosis bisa juga terjadi saat seseorang berada dalam tekanan mental
yang melampaui ambang batas toleransi yang diijinkan pikiran bawah sadarnya.
Saat seseorang berada di dalam tekanan mental, mengalami suatu peristiwa dengan
muatan emosi negatif yang tinggi, maka pada saat itu hanya ada dua pilihan;
fight (lawan) atau flight (lari). Saat seseorang tegang maka adrenalin akan
dipompa masuk ke dalam darah dan menyiapkan fisiknya untuk siap melakukan
perlawanan. Hal ini bisa dirasakan dengan jantung yang berdegup semakin
kencang, otot-otot tubuh menjadi kaku, dan seluruh sistem diri siap untuk
menghadapi dan mengatasi bahaya atau sesuatu yang dipersepsikan sebagai bahaya.
Bahaya yang saya maksudkan di sini bisa berupa bahaya yang mengancam secara
fisik maupun mental. Bila tekanan atau ancaman terlalu besar dan tidak mampu
dilawan (fight) maka secara reflek pikiran akan memilih opsi kedua yaitu flight
atau lari. Lari dalam hal ini bisa sungguh-sungguh melarikan diri, mengambil
langkah seribu, atau bisa juga “melarikan diri” ke dalam. Saat seseorang lari
ke dalam dirinya maka pada saat itu ia masuk ke kondisi trance atau hipnosis.
Seringkali orang bisa masuk ke kondisi deep trance atau bahkan very deep
trance!
Kesurupan menurut
perspektif Psikologi
Fenomena trance atau kesurupan suatu
peristiwa yang seringkali menarik perhatian. Di masyarakat umum fenomena ini
sering dikaitkan dengan fenomena gaib. Orang yang mengalami kesurupan dikatakan
telah dirasuki oleh makhluk metafisik yang tak kasat mata.Orang yang mengalami
kesurupan itu bersikap seolah-olah dia adalah orang lain dan bersikap bukan
dirinya sendiri.
Bahkan perilaku mereka bisa secara tiba-tiba
menjadi sangat agresif dan tak terkendali.
Jika ditinjau dari sudut pandang
ilmu psikologi, fenomena kesurupan sebenarnya bisa dijelaskan secara gamblang
dan jelas tanpa membawa embel-embel makhluk gaib. Dikaitkan dengan aspek
psikologis manusia peristiwa kesurupan sudah memasuki kawah alam bawah sadar.
Seorang tokoh psikologi, Carl Gustav Jung (1875-1961) mengatakan bahwa
kepribadian manusia secara total terdiri dari tiga sistem atau struktur yang
saling mempengaruhi satu sama lain. Sistem tersebut adalah ego, ketidaksadaran
personal, dan ketidaksadaran kolektif.
Ego atau disebut pikiran sadar adalah bagian
dari jiwa yang menyangkut persepsi, berpikir, merasa, dan mengingat. Sistem ini
adalah kewaspadaan kita dan bertanggung jawab dalam menjalani aktivitas
kehidupan kita sehari-hari. Ketidaksadaran personal adalah
pengalaman-pengalaman yang telah kita jalani dan digeser ke alam bawah sadar
baik sengaja maupun tidak sengaja. Sedangkan ketidaksadaran kolektif adalah
segala macam pengalaman-pengalaman yang telah diwariskan oleh generasi
sebelumnya sejak zaman nenek moyang dahulu.
Jadi, pengalaman pengalaman nenek
moyang sejak beribu tahun yang lalu tersebut diwariskan kepada diri kita
melalui jalan genetik yaitu perkawinan, dan pengalaman tersebut tidak dapat
kita ingat secara biasa karena berada dalam level ketidaksadaran yang terdalam.
Kunci dari fenomena kesurupan
terletak pada level ketidaksadaran kolektif. Didalam ketidaksadaran kolektif
tersimpan materi-materi dari nenek moyang kita terdahulu. Untuk mengingat
kembali bahwa nenek moyang kita bangsa Indonesia ini terdahulu sangat kental
sekali dengan unsur-unsur mistisme seperti kepercayaan animisme dan dinamisme.
Hal ini juga yang menjadi jawaban kenapa di Indonesia lebih sering terjadi
peristiwa kesurupan daripada negara-negara barat seperti Amerika yang notabene
tidak terlalu percaya terhadap hal-hal gaib. Motif-motif itulah yang tersimpan
dan terwariskan ke anak-anak cucunya termasuk generasi pada saat
ini.
Maka jangan heran jika orang yang
mengalami peristiwa kesurupan bisa berperan sebagai kakek-kakek yang hidup pada
zaman dahulu. Hal ini makin diperparah dengan banyaknya tayangan televisi serta
film-film yang berbau horor. Hal ini bisa menjadi semacam stimulus yang
sewaktu-waktu bisa membangkitkan pengalaman masa lalu tersebut.
Faktor yang dominan yang bisa memicu
terjadinya kesurupan adalah faktor psikologis, bisa itu stress, depresi atau
semacamnya. Orang yang mengalami stress mudah sekali tersugesti dengan berbagai
hal dikarenakan biasanya orang yang stress itu seringkali melamun yang
menandakan kosongnya pikiran sadar. Jika pikiran sadar kosong sudah pasti
pikiran bawah sadarlah yang mendominasi. Oleh sebab itu janganlah terlalu
sering melamun, karena tanpa disadari berpotensi untuk mengalami kesurupan.
Kesurupan bisa menimpa siapa saja
dan tidak peduli dari agama manapun serta dari golongan kaya maupun miskin,
untuk itu mari kita menjaga diri kita dari intervensi manapun dan bersikaplah
rilex dalam menghadapi segala macam problema.
Agar kita terhindar dari kesurupan maka kita harus mempunyai dua jurus pamungkas kita, yaitu Senjata Syukur dan Tameng Sabar, sebagaimana Rosulullah Saw bersabda :
“Sungguh menakjubkan urusan orang
beriman itu, semua perkara baik baginya, dan tidak dimiliki kecuali oleh orang
yang beriman saja. Apabila mendapatkan kebaikan maka dia bersyukur dan itu baik
baginya, apabila mendapatkan musibah dia bersabar dan yang demikian juga baik
baginya”
Hr. Bukhori.
# di olah dari berbagai sumber
#Adhem Sang