Rabu, 06 November 2013

HIPNOTIS DALAM SEBUAH SIMBOL

Silahkan dilihat foto yang satu ini, ustadz Abu Bakar Ba’asyir. Anda dipersilahkan duduk di sebuah cafe ditengah-tengah mall yang ram... thumbnail 1 summary



Silahkan dilihat foto yang satu ini, ustadz Abu Bakar Ba’asyir. Anda dipersilahkan duduk di sebuah cafe ditengah-tengah mall yang ramai, dengan memakai pakaian seperti pak ustadz ini. Saya tidak perlu bikin ilustrasi lagi untuk menggambarkan bagaimana reaksi cewek-cewek terhadap anda. yang pasti pakai baju ghamis, peci putih dengan sorban melintang dibahu, lalu jelalatan di mall bisa mengundang curiga satpam yang sedang bertugas. Sekali lagi, simbol bekerja mempengaruhi pandangan orang.

Memang kelihatan agak aneh, kalau misalnya kita melihat seorang laki-laki berbaju gamis, pakai sorban dan berjenggot ‘gaya’ ustadz Abu Bakar Baasyir, mondar mandir keluar masuk tempat-tempat maksiat di Lokasari, Mangga Besar misalnya. Sekalipun mungkin bukan bermaksud hendak melakukan maksiat, namun pastilah timbul pertanyaan dibenak pelacur maupun germo yang mangkal disana : “pakai sorban koq kesini?”. Bahkan bagi pihak yang berpakaian simbol-simbol itupun akan berpikir seribu kali untuk pergi mendekati tempat maksiat, minimal mungkin akan mengganti pakaiannya dengan pantalon, kemeja, dasi atau jas gaya Eropa, karena memang pakaian tersebut terlihat ‘nyambung' dengan tempat-tempat seperti itu. Ada pengalaman seorang teman ketika melakukan jamuan bisnis, mengajak relasinya ke sebuah karaoke. Kebetulan teman tersebut belum sempat bercukur sehingga wajahnya dihiasi jenggot agak panjang. Seperti biasa di ‘karaoke room’ mereka memesan perempuan penghibur untuk menemani dan pertanyaan pertama yang diterimanya dari perempuan penghibur tersebut adalah : “ Bapak punya jenggot koq mainnya di karaoke?”

Makanya kita sering menemukan kelakuan manusia, misalnya dalam suatu kampanye pemilihan umum maupun Pilkada, kandidat yang tadinya sama sekali bukan orang yang ‘berbau’ masjid, tiba-tiba memakai baju muslim dan sorban segede ban vespa dikepala, tidak lupa membawa tasbeh dan mulut komat-kamit, entah apa yang dibaca. Orang ini mengetahui betul soal simbol dan bagaimana cara memanfaatkannya. Atau juga para penjahat yang sedang diajukan ke pengadilan gara-gara kasus korupsi atau pembunuhan berantai, banyak dari mereka kemudian merubah penampilan, sering memakai baju muslim, kopiah hitam, dan yang wanitanya pakai kerudung, minimal ada selendang yang menutupi sebagian kepala. Mereka juga memahami bagaimana pentingnya simbol.

Menjelang 2014 sebagai tahun politik ini, maka kita harus berhati-hati dengan orang yang mendadak menjadi "sholeh" dengan   baju gamisnya, padahal dalam sehari-harinya boro-boro dia memakai gamis, terlihat pake sarung aja jarang. di Bengkulu "trik" hipnotis simbol ini pernah dilakukan oleh salah satu pasangan kandidat incumben (waktu itu) dengan menggandeng pasangan seorang ustadz yang kemana-mana selalu memakai gamis, tetapi setelah jadi gamis di tanggalkan, karena mungkin harus mengikuti birokrasi harus memakai pantholun dan berjas kemana-mana.

sekali lagi, waspadalah terhadap caleg, cabub, cawalkot, cagup maupun  capres sekalipun yang menggunakan trik hipnotis simbol ini, karena belum tentu gamis yang dipakainya sama dengan prilakunya.. pilih orang-orang yang sederhana dalam berpakaian, karena kesederhanaan bisa jadi wujud dari keperibadiaanya, bukan berarti orang yang terkesan hanya punya baju kemeja putih saja dengan celana bahan hitam plus sepatu ketsnya itu adalah pribadi yang sederhana juga loch !!! xeeee.. :D